Senin, 13 Juli 2009

Sungguh Kita Kurang Syukur akan Nikmat yang Allah berikan

Pada hari jumat 15 Agustus 2008,selepas jumatan saya sengaja tiduran dulu di mesjid melepas lelah, telah setengah harian bekerja. Setelah melapas lelah saya pun bergegas mau balik lagi ke kantor karena akan ada rapat penting dengan direksi membahas masalah Cash Flow perusahaan yang dalam kondisi memprihatinkan.

Baru berajak mau pergi, saya ketemu seorang temen lama. Dia seorang direktur diperusahaannya yang pada akhirnya perusahaannya mengalami kebangkrutan dan akhirnya rumah yang megah dia jual untuk menutupi hutang perusahaan dan kebutuhan keluarganya. Sekarang dia menawarkan ke saya untuk bergabung dalam bisnis Multi level. Saya pun mengiyakan saja kala dia mau mempresentasikan bisnisnya ke saya di Sabtu siang. Selepas itu pun dia berangkat pergi dan sayapun menuju keluar mesjid.

Di luar saya mendapati orang yang kehilangan sandalnya selepas sholat jumat. Masya Allah ada juga yang melakukan dosa setelah berhadapan dengan Allah, mudah-mudahan Allah memberikan karunia Taubat kepada pelakunya. Disamping saya ada temen Pak Fulan yang menginformasikan seringnya kehilangan barang di mesjid, bahkan bulan kemarin ada yang kehilangan sepeda, makanya dia sering memasukan sepatunya yang berharga ke kantong kalo jumatan di mesjid tersebut, termasuk jumatan hari itu juga. Saya pun mengiayakan saja tanpa harus memusingkan masalah tersebut.

Saya pun berajak ke tempat parkir motor untuk segera tancap gas pergi ke kantor. Pak Fulan pun mengikutinya dari belakang. Sesampainya di tempat parkir, saya memperhatikan motornya yang masih mulus dan terawat. Terlibat percakapan singkat yang menarik :
Fulan: “ Tinggal 8 bulan lagi motor ini lunas” dengan antusias.
Saya : “ tinggal 8 bulan lagi? Berapa pak cicilannya per bulan?”
Fulan : “ Iya pak.. perbulan 400 ribu….. 3 tahun mencicil motor ini.. syukur saya bisa menjalaninya…. kalo melihat gaji saya ini tidak mungkin loh pak”
Saya: “ Oh.. emang gaji bapak berapa pak? “ saya penasaran sekali.
Fulan : “ 20 tahun saya sudah bekerja, gaji saya 1,2 juta itu pun kotor, bersihnya 900 rb di potong macam-macam dari jamsostek, serikat kerja, koperasi dan lain-lain”
Fulan : ( dengan menghela napas panjang-panjang) “ saya Cuma hidup 400 rb sebulan, tapi alhamdulilah bisa. Kalo itung-itungan rasanya ga cukup. Coba bayangkan pak Anak saya ada 2 yang sudah sekolah, setiap hari uang jajan 1000, menabung 1000 jadi setiap hari mengeluarkan 4rb. Belum yang lain-lain, pasti tidak cukup. Tapi alhamdulilah sampai saat ini cukup-cukup saja, paling istri yang uring-uringan ( sambil tersenyum)”
Saya hanya mangut-mangut sambil menahan sesak didada mendengarkan kisahnya yang antusias mengenai perjuanggannya dalam mendapatkan motor
Fulan : “ Saya kalo ga dipaksakan belum tentu mendapatkan motor ini pak ( sambil mengelus-elus motornya dan mulai menstater). Sebelumya saya sudah bilang ke istri untuk mencicil motor ini dan istri saya pun setuju. Saya bilang lagi, nanti kita hidup mungkin serba kekurangan karena penghasilan saya cuma dari kerja di pabrik saja. Dan istri saya pu menyetujuinya. Ya sudah saya ambil saja motor ini.”
Saya : “ istri kerja juga pak?”
Fulan: “ Nggak..( singkat)”
Saya: “ atau bisnis atau jualan?”
Fulan : “ nggak juga.. ya Cuma saya saja yang bekerja, ya Alhamdullilah masih cukup”

Akhirnya dia pun pamitan karena sudah jamnya masuk kerja.

Saya terdiam sendiri, terpaku menyesali diri yang kurang bersyukur kepada Allah. Gajiku beberapa lipat kali gaji beliau tetapi saya selalu meratapi kehidupan ini. Jarang berucap syukur akan nikmat yang telah diberikan-Nya

Terima kasih ya Allah, engkau telah manepuk pundakku dan menampar mukaku agar teringat akan Engkau..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar